Beberapa pekan terakhir wacana tentang pendidikan moral mengemuka di ruang publik. Untuk itu kita semua perlu berucap terima kasih pada penyanyi asal Amerika Lady Gaga. Secara pribadi saya bukan penggemar Lady Gaga. Bahkan perkenalan saya pada penyanyi eksentrik itu justru terjadi ketika hampir semua televisi memberitakan tentang kemungkinan konser yang akan digelar 3 Juni mendatang tersebut gagal terselenggara. Berbagai persoalan bangsa dari persoalan korupsi , tawuran pelajar, geng motor, sampai pembuatan dan peredaran video porno, semuanya bermuara pada masalah pendidikan moral. Sayangnya, kita lebih suka mempersalahkan orang lain sebagai penyebab kebobrokan moral bangsa daripada melihat pada diri sendiri. Konser Lady Gaga atau pun lady-lady lainnya yang kelak akan tampil di publik Indonesia hanyalah sebuah pertunjukan eksklusif yang bisa dinikmati oleh sedikit orang yang menjadi “pemujanya”. Sementara di sisi yang lain, kita tidak melihat bagaimana pembobrokan moral dilakukan hampir setiap saat ke muka publik Indonesia melalui media televisi. Tak jarang pembodohan itu dilakukan secara langsung ditonton segala usia, termasuk anak-anak. Lihat misalnya siaran langsung sidang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terkadang sarat caci maki. Tak jarang pula dilakukan dengan penuh kebanggaan. Apakah “pertunjukan” yang dipertontonkan anggota dewan dengan sebutan Yang Terhormat ini tidak jauh berbahaya dibanding pertunjukan pemusik yang hanya sekian jam dan ditonton oleh sangat terbatas publik? Contoh yang sangat mudah dilihat adalah pernyataan Sutan Bathoegana yang terdokumentasi melalui pemberitaan di situs Detikcom (06/01/2012 pukul 16:03 WIB). Dalam berita yang ditulis Elvan Dany Sutrisno itu dibahas asal muasal Sutan Bathoegana mencetuskan istilah “Ikan Salmon” Dalam pemberitaan tersebut disebutkan, istilah ‘Ikan Salmon’ mendadak populer di ranah politik. Adalah politikus Partai Demokrat (PD) Sutan Bathoegana yang mempopulerkannya. ‘Ikan Salmon’ ini adalah kependekan dari ‘intelektual kagetan asal ngomong’. Nah, bagaimana Sutan bisa tiba-tiba mencetuskan ide itu? “Ya terinspirasi saja. Kalau makan ikan salmon banyak-banyak kan langsung cepat orgasme. Orgasme politik,” ujar Sutan sambil terbahak dari ujung telepon, Jumat (6/1/2012). Istilah Ikan Salmon itu ditujukan Sutan kepada politikus yang kerap melakukan ‘serangan’ kepada pemerintahan SBY. Salah satu yang disebut kelahiran 3 September 1957 ini yakni politikus Golkar Bambang Soesatyo. “Dan Si Bambang Soesatyo sudah mengakui makan Ikan Salmon langsung orgasme. Yang hebat, udah syahwat politiknya disalurkan belum orgasme, belum keluar barang itu,” kata Sutan yang ngetop dengan istilah ‘jadi tuh barang’. Sutan juga mengibaratkan ikan salmon dengan kandungan protein yang tinggi, sehingga membuat politikus cepat bersuara dan melakukan serangan politik tanpa perhitungan. “Ikan salmon proteinnya tinggi. Jadi kalau mereka dikasih ikan salmon supaya cepat orgasme politik,” katanya masih dengan tawa mengembang. Tawa mengembang yang dideskripsikan oleh wartawan Detikcom tersebut justru menjadi tanda tanya mengingat apa yang diucapkan tersebut sama sekali tidak pantas ditertawakan, bahkan sangat memprihatinkan. Apakah para politisi itu sadar bahwa ucapannya yang membahas perihal orgasme itu juga ditayangkan di televisi yang bisa ditonton oleh publik Indonesia, termasuk anak-anak? Bisakah dibayangkan pula bagaimana orang tua yang memiliki anak-anak yang masih berusia di bawah umur dan kebetulan penggemar ikan salmon harus menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis anaknya. Kisah Sutan Bathoegana memang hanyalah contoh kecil yang bisa ditampilkan. Masih banyak contoh-contoh yang bisa diungkapkan. Satu hal yang pasti memang lirik lagu Manusia Setengah Dewa Iwan Fals tak akan lekang dimakan zaman. Masalah moral, masalah akhlak Biar kami cari sendiri Urus saja moralmu urus saja akhlakmu Peraturan yang sehat yang kami mau……. Cibubur, 23 Mei 2012