Baru kemarin sore aku menyempatkan diri mengunjungi seorang teman yang adalah aktivis Partai Demokrasi Pembaruan (PDP). Setiap kali sudah memutuskan untuk mampir ke kantor partai itu, ada saja kendala yang ditemui.
Turun dari mobil, Pak Sukowaluyo Mintohardjo sedang berbicara berdua dengan seseorang yang tidak aku kenal. Saya rasa sudah lebih sepuluh tahun aku tak bertemu dengan beliau. Di antara ingat tak ingat, aku kembali memperkenalkan diri, dan menyebut saat-saat “berjuang” ketika beliau masih aktif bersama Mbak Mega.
Tak ada tanda apa pun yang saya lihat sampai khabar duka cita itu menyentakkan aku ketika seperti biasa, setelah melakukan ritual pagi, meraih handphone untuk melihat siapa tahu ada kabar penting. Dan sms di handphone mengabarkan tentang meninggalnya politisi senior yang terakhir bergabung di Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) bersama Roy BB Janis, Laksamana Sukardi, dan Noviantika Nasution.
Gelar dokter yang dia miliki memang sempat membuatku terpana ketika menyaksikannya menjadi politisi—pada saat itu masih disebut partai gurem—PDI. “Gile, apa enggak lebih enak terima pasien saja ya?” pikirku pada saat itu. Aku menyaksikan semangatnya membakar, bukan hanya mewujud dalam bentuk ucapan-ucapan pada mimbar bebas yang di gelar di Jalan Diponegoro di tahun 1996, tetapi juga membuat tubuhnya sendiri bergetar. Aku tahu, beliau benar-benar menjiwai perannya sebagai pengobar semangat rakyat untuk terus berjuang.
Hari berganti tahun, aku tak lagi meliput langsung kegiatan politik. Kiprah Pak Suko hanya kusaksikan lewat tangan kedua, ketiga, bahkan kesekian. Aku hanya mendengar aktivitas Pak Suko dari media massa. Sampai aku mendengar kegalauannya ketika terjadi bentrokan di Kampus SETIA yang didirikannya tahun 1989.
Pak Suko adalah orang yang konsisten dengan perjuangannya, ketika PDI pimpinan Megawati yang kemudian berubah nama menjadi PDI Perjuangan dinilai sudah tidak lagi aspiratif dalam menyuarakan kepentingan rakyat. Ketika PDI Perjuangan dipandang tidak lagi demokratis, ia memilih mendirikan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) bersama teman-teman sevisi.
Pak Suko belum lagi membuktikan pembaruan yang ditawarkannya bersama teman-temannya. Beliau sudah mendahului kita semua. Selamat jalan Pak Suko. Ada pesta meriah yang dipersiapkan untuk Pak Suko di rumah Bapa…

Kristin Samah
12 September 2008